SECERCA HARAPAN
Dikala
gelombang enggan menghampiri ….
Hujan begitu
deras….
Angin yang
melanda jagat raya..
Suram, kelam,
ditengah kegelapan dengan penuh kedinginan…
Bintang-bintang
dilangit enggan Nampak…
Hening,
ditengah malam yang gelap tanpa hiasan yang menghiasi langit….
Mataharipun
sirna…
Pagi yang
kemilau,,
Kecerahan
yang tampak menerangi dunia….
Gelombang
yang diiringi angin yang spoy….
Langit yang
biru….
Kini telah
tiba…
Begitu
keindahan yang begitu nikmat…
Tak ada lagi
kesunyian, kesuraman dan kegelapan saat kedinginan…
Namun sirna
itu tetap menyinari, dengan terus menghantari pahitnya kehidupan…
Dikala itupun
jua sirna itu tetap melambung menyinari kesinaran dengan perjuanagn sirna pula…
Selamat
tinggal hitam kini sirna menghampiri kecerahan….
Dan
kegelapaun jua telah sirna oleh sirna yang cerah…..
Kisah
yang sangat mengharukan sekaligus menjadikan suatu perjuangan manusia dalam
menjalani hidupnya. Terkisah seorang suami istri yang begitu pahitnya dalam
menjalani suatu kehidupan. Kisah yang sangat nyata namun jarang untuk ditemukan
dari kalngan kehidupan biasanya. Sirna nama inisialnya, dia adalah seorang
istri dari Ritman.
Menjalani
dari mulai ia merintis kehidupan. Kehidupan
yang ia jalani semenjak dari awalnya kehidupan berumah tangga. Kirman
dengan menikahi istirinya yang beranak satu, dengan tulus menerima wanita itu
dengan apa adanya. Begitu pula sebalikya dengan Ritman. Mereka baru dikaruniai
seorang anak perempuan, mereka mulai merintis sejak pertama mereka tinggal di
rumah kontrakan yang sangat sederhana. Kelurga kecil itu, berinisyatif dan
bermimpi untuk mempunyai sebuah rumah walaupun sesederhana mungkin.
Dengan
kesederhanaan mereka dan kesabaran mereka dalam menjalani kehidupannya. Lalu
merekapun, memelas kepada orang yang mempunyai tanah yang mereka inginkan untuk
bisa dimilikinya. Tidak lain pemilik tanah tersebut ialah orang yang mempunyai
tempat kntrakan dimana mereka mengontrak dirumah kontarakan orang itu.
Ironinya,
tanah yang mereka inginkan itu ialah tempat pembuangan sampah seluruh warga setmpat.
Dengan kegigihan mereka, yang menginginkan sekali tempat itu. Mereka mencoba
terus merayu orang yang memili tempat ituyaitu si ibu kontrakan. Istrinyapun
terus mencoba untuk bisa meraih tempat tersebut. Akhirnya ibu kontrakan
tersebut melepaskan untuk menjual tempat terseut. Ibu kontrakan tersebut
bertanya pada Sirna “ memang kamu sanggup membuang sampah-sampah yang ada
ditempat itu, dan memang kamu benar-benar menginginkan tempat itu” jawab Sirna
sambil tersenyum dengan wajahnya yang penuh dengan keramahan itu dengan segan
menjawab “ ya bu kalau masalah sampah yang ada ditempat itu, saya sanggup untuk
mengalihkan sampah tersebut kea kali”. Dengan salut ibu kontrakan itu
mengijinkan dengan peuh rasa iba.
Perjalan
Sirnapun masih terus berjalan. Mereka menjalani kehidupan seakan tak ada beban
dengan menikmati semua yang ada. Biar orang lain berkata apa mereka tak pernah
menghiraukannya. Tak ada angin tak ada hujan, sepasang suami istri itu terus
menjalani kehidupannya dengan seadanya. Kebahagiaan mereka seakan menutupi
kegelapannya. Merekapun memiliki tanah yang mereka inginkan dengan haraga yang
sangat terjangkau bagi mereka dengan haraga 1.8 juta. Mereka beli dengan ukuran
yang begitu cukup dan akan dijadikan rumah bagi mereka.
Kemudian
dengan berjalannya waktu, merekapun membangun rumah. Sangat miris, mereka
membangun rumahnya dengan tangan mereka sendiri tanpa bantuan dari orang lain.
Kebetulan suamainya berpropesi sebagai tukang bangunan biasa. Suaminya yang
merintis membangun rumah kecil dan sederhana tersbut, dibantu oleh istrinya.
Dari mulai membawa kayu, genting maupun barang-barang berat lainnya strinya
yang membawakan itu semua. Membawa adukan semen, batu bata, membawa kayu-kayu.
Hanya dengan seorang istrinya yang setia mendampingi suaminya. Begitu indahnya
kehidupan ini bila dirasakan dengan menikmati semuanya dengan penuh dengan rasa
keihlasan. Panasnya trik matahari tidak membuatnya putus asa. Rasa panasnya
trik matahari, batu kerikil yang mengenai alas kakai mereka terobati dengan
kasih sayang seorang istri yang selalau tetap setia mendampingi suaminya.
Hingga
akhirnya rumah itu berdiri dengan perjuangan mereka sendiri dalam membangun
sebuah tempat singgah. Walaupun memerlukan waktu yang begitu cukup memakan
waktu lama.
Bersambung…..
Tidak ada komentar:
Posting Komentar