BELAJAR DARI
KEHIDUPAN
Oleh; Siti Maryam
Perjalanan
hidup belum cukup sampai disini. Kadang
makna kehidupan itu bagaimana seorang memaknai dengan melihat dari segi sudut
pandang mata kehidupan masing-masing. Sungguh kebesaran Tuhan yang maha Agung,
yang menciptakan langit dan bumi beserta isinya. Serta mahluk yang
diciptakan-Nya mempunyi fungsi dan manfaat. Karena sesungguhnya Tuhan maha
mengetahui apa yang dibutuhkan mahluk-Nya.
Kadang
kita tidak mengetahui dengan tidak sadarnya melihat sisi kehidupan yang
sebenarnya. Sebagian orang berpendapat bahwa hidup ini merupakan suatu kehendak
yang direncanakan tuhan kepada kita, dan kehidupan itulah merupakan yang
terbaik bagi mahluk-Nya untuk dapat menerima dan menjalani kehidupan. Sebagian
pula orang menanggapi kehidupan itu merupakan, suatu proses perjalanan yang
harus dijalanai berdasarkan tujuan yang akan dicapai, melalui doa, syariat dan
kepasrahan. Adapula orang yang berpendapat bahwa hidup ini merupakan suatu
kehidupan yang harus dijalani dengan sejalannya bagaikan arus air yang
mengalir. Dan pendapat lain mengatakan kehidupan memerukan sesuatu yang harus
patut kita syukuri. Dari sebagian pendapat tersebut, saya mengambil kesimpulan
kehidupan merupakan belajar dari kehidupan dan pengalaman. Dengan melihat pengalaman dari kehidupan kita
dapat bercermin pada kehidupan yang sebelumnya, sehingga kita dapat
mengevaluasi diri, setelah itu berinstropeksi diri sehingga kita bisa menyikapi
bagaimana langkah kita, untuk bisa merubah kearah yang lebih baik. Karena belajar
merupakan prose perubahan diri, dari mulai pengetahuan sikap serta mental
terutama mental spuiritual.
Belajar
dari pengalaman kehidupan itulah yang membuat proses perubahan kearah yang
lebih baik, diantaranya;
1.
Perubahan dari
segi pengetahuan
Ketika seseorang menemukan suatu masalah atau peristiwa yang
dihadapinya, kadang kita merasa terpuruk dengan penyesalan-penyesalan terhadap
perbuatan yang telah kita lakukan sebelumnya. Dan kadang kita merasa orang
paling buruk didunia ini. Padahal ketika kita melihat sisi kehidupan secara
global, masih banyak orang yang lebih parah dari pada kehidupan kita yang
dijalani. Sebaliknya orang lainpun seperti itu pula. Kadang kita merasa orang
itu paling beruntung, terkadang kita selalu mengiginkan posisi seperti orang-orang
yang beruntung. Padahal, kita tak menyadari, bahwa kita telah lengah untuk
mensyukuri hidup yang telah diberikan oleh Tuhan, bahwa itu merupakan yang
terbaik untuk dirinya. Dengan kita tak pernah mensyukuri hidup ini, kadang kita
selalu merasa kurang dan tak pernah bisa menikmati kehidupan yang sedang
dijalani oleh kita. Padahal, jika kita selalu bersyukur dengan kehidupan yang
seadanya, kenikmatan itu akan terasa
oleh diri kita. Karena kebahagiaan itu tidak ternilai dari segi cukup atau
tidaknya, dari apa yang kita dapatkan dari kehidupan ini. Kebahagian itu tidak
bisa ternilai jika kita merasakan bahwa kebahagiaan batiniah yang membuat kita
lebih bahagia.
Ketika kita bisa bercermin dengan melihat sisi kehidupan orang
lain, sungguh berharganya makna hidup ini, jika kita berpikir bahwa kehidupan
ini patut kita syukuri. Bukan berarti kita harus menjalani kehidupan seperti
orang lain, tetapi bagaimana kita bisa bercermin dari kehidupan orang lain.
Belajar menyikapi dari sikap orang lain, belajar dari perjalanan kehidupan
orang lain, belajar menangani masalah dari orang lain, dan itu semua bukan berarti
kita harus menjadi sesosok orang lain melainkan cerminan bagaimana kita untuk bisa
mengolah kehidupan sehingga kita lebih berpikir kritis. Menurut pengalaman yang
saya dapatkan, ketika seseorang berpendapat, entah itu sebagai uraian kata
saran, ataupun hanya kata-kata biasa. Itu
bagi saya bagaikan ilmu yang paling berharga, karena kata-kata yang
selalu saya dapatkan menjadi bahan renungan bagi kehidupan saya, bagimana cara
mengolah kehidupan kearah yang lebih baik dan positif. Sehingga ilmu itu sangat
berharga dan sangat mahal bagi saya, dari siapaun ilmu itu saya dapatkan itulah
adalah guru saya, tak mengenal itu siapapun dan tak pandang bulu. Jika ilmu itu
menjadi bermanfaat bagi diri ini, itulah ilmu yang paling berharga bagi saya.
Belajar dari masalah, membuat saya menjadikan bahan renungan. “
sesungguhnya Tuhan tidak hanya memberikan sebatas masalah, tanpa ada sebab
dibalik rencana itu pasti mengandung hikmah dan makna tertentu”. Dan ketika kita mengalami peristiwa itu,
kadang kita tak menyadarinya, bahwa dirinya itu tak sadar akan keadaaan masalah
yang dijalaninya itu. Kesadaran yang sesungguhkan akan disadari ketika kita
bangun, dan bangkit seiring peristiwa itu telah berakhir, disitulah kita akan
menyadari bahwa inilah hikmah dari peristiwa masalah itu. Itulah yang dinamakn
belajar dari pengalaman kehidupan yang dijalani, semakin kita banyak
mengkoreksi semkin pula berkembang pengetahuan kita bagaiman cara mengolah
kehidupan kita, dari proses berpikir kita pada pengetahuan sisi kehidupan kita.
2.
Perubahan dari segi sikap
Kadang kita merasa bingung bagaimana cara mnyikapi seseorang,
sehingga tidak banyak orang sering salah menyikapi terhadap suatu masalah
akibatnya terjadi kesalah pahaman antar kita dengan orang lain. Itu yang
menimbulkan dampak negaif, sekiranya kita tidak dapat bisa menyikapi karakter
seseorang, kadang kita selalu memberikan respon yang sama ketika seseorang
memberikan stimulus yang membuahkan hasil negatif. Memang itu bagi saya suatu
hal yang rumit, terkadang sikap ini menjadi terbawa suasana. Padahan itu sangat
buruk, tetapi kadang juga kita mengetahui bahwa itu buruk, namun sering kali
kita berbuat kesekian kalinya. Itulah hidup, bagi saya merupakan pembelajaran
dan belajar dari sikap orang lain. Tetapi kadang kita tak pernah tau solusi
jalan yang terbaik untuk dapat menyikapi itu semua.
Hal yang harus kita ketahui, jika kita renungi bahwa hidup ini
berputar dalam arti suatu saat kita akan mengalami hal yang serupa sikap
seperti itu. Hidup ini tak selamanya kita bisa tersenyum, tak selamanya kita
menangis, tak selamanya susah dan tak selamanya bahagia. Itulah cerminan posisi
hidup kita akan mengalami peristiwa hal yang sama. Pepatah mengatakan, “tafakuri,
syukuri dan nikmati”, kita mengetahui pepatah itu sangat baik dan positif,
namun kadang pula kita tidak bisa menyadari “Apakah kita melakukan itu?”
wallohu alam hanya individu dan sang Kholaikh yang mengetahui. Dengan kita bisa merasakan apa yang tengah
dirasakan oleh orang lain, membuat kita sedikit tidaknya meringankan beban
orang lain, dan beban kita sehingga kita selalu tetap berpikir kearah yang
lebih positif.
Implikasinya, ketika kita mengalami peristiwa masalah yang
membuat hati ini menjadi marah, kesal dan dengki. Sekurang-kurangnya jika kita
tidak bisa menyikapi sikap diri kita, itu membuat kita tidak beda jauh dengan
orang yang seperti itu pula, dan itu tidak akan membuahkan kearah yang positif.
Tetapi, jika kita bisa menyikapi masalah itu dengan cara kita dapat merasakan
orang yang memberikan stimulus terhadap masalah yang dihadapi oleh kita,
sedikitnya itu mengurangi beban untuk kita, sehingga tidak membuat diri kita
menjadi lebih baik dan positif. Biasanya pikirian yang positif itu selalu
membuahkan hasil yang positif, contohnya saya, buah dari hasil galau
mendapatkan pengalaman yang paling berharga bagi saya yaitu lebih berpikir
kritis pada kehidupan yang sebelumnya, sehingga selalu bercermin dari peristiwa
sebelumnya dan bercermin pada sikap orang lain.
Belajar sikap dari orang yang marah, belajar dari orang yang
selalu bersabar, belajar dari orang yang selalu sedih dan sebagainya. Itu semua
harus dijadikan bahan renungan bagi diri saya, bahwa bagaimana jika kita berada
dalam posisi seperti itu, dan merasakan sebagai peran oarng yang seperti itu,
akan menghasilkan seperti apa dan biarlah semua orang yang menilai sikap baik
dan buruknya pada kita. Hanya saja, kembali kita ada atau tidaknya, mau atau
tidaknya kita merubah diri kita kearah yang lebih baik. Peribahasa mengatakan “
jika kita menginginkan buah yang manis, maka tanamilah dengan buah bibit yang
manis pula”.
Belajar dari sikap orang, membuat poses perkembangan untuk bisa
dapat menyikapi orang lain. Karena orang hanya dapat menilai dari segi sudut
pandang mata secara menggelobal, tanpa mengetahui jalan cerita dan karakter
seseorang yang telah kita nilai itu. Tetapi, jika kita tahu karakter serta
jalan cerita atau seluk beluk lakon itu, maka kita akan mengerti dan tahu,
setidaknya lebih bisa menilai dengan memahami dan memaklumi. Tetapi sebaliknya,
jika orang tak pernah tahu dan hanya melihat dengan sebelah mata, maka penilain
itu akan menjadi suatu kutipan penilaian bagi diri kita, baik ataupun buruk
tergantung pada orang yang menilai kita dari sudut pandang masing-masing
manusia.
Sekurang-kurangnya jika kita tak pernah merenungi kehidupan ini,
kita akan merasakan kegelapanlah yang selalau membubuhi kita sehingga kita
gelap utuk melihat hidup ini. Maka utamakanlah sikap kita, “ Apa yang sudah
kita lakukan oleh kita pada orang lain?”. Ketika kita merenungi itu, maka akan
muncul “Oh, beginilah rasanaya, jika kita memberikan sikap kepada orang
lain”. Seiring dengan itu pula, pikiran
kita akan selalu merenungi “keberdosaaan”, dalam perjalanan kehidupan. Dengan
kita bisa belajar dari sikap orang lain, membuat sedikitnya menjadi bangkit dan
bangun jika kita menyadari dan merenungi itu semua, dari hasil belajar terhadap
pengetahuan belajar dari alam semesta. Contoh hal kecil, ketika kita melihat
hewan yang begitu kecilnya, saking kecilnya kita tak tahu bahwa itu adalah
mahluk alloh, yaitu hewan “unrud-undur” yang selalu hidup dan pekerjaannya pun
selalu melobangi tanah, yang membentuk seperti corong, atasnya berlobang besar,
padahal mahluknya yang begitu amat kecil. Nah itulah, belajar menyikapi bahwa
kehidupan kita itu seperti itu, menafakuri meski sekecil apapun tetapi jika
jika selalu merenungkan, menjadikan suatu keluarbiasaan yang sangat dahsayat
dalam menjalani hidup ini, bahwa kehidupan ini adalah anugrah yang diberikan
oleh tuhan yang begitu indah dan mengandung begitu banyak arti.
Kadang kita selalu merasa sikap diri kita baik, padahal baik itu
belum tentu orang menyikapi sikap yang baik pula. Kadang kita merasa menjadi
orang yang lemah padahal dibalik kelemahan itulah, Tuhan memberikan kelebihan
pada kita. Sebabnya kita tak pernah menyadari bahwa semua itu mungkin yang
terbaik baginya. Yang dinamakn yang terbaik dalam hidup ini, bagi saya yaitu
selalu menyadari akan kehidupan yang dijalaninya, dan selalu bersyukur itulah
yang terbaik dengan meminta dan mangharap hanya Ridho Alloh semata. Tetapi jika
kita menilai sudut pandang yang berbeda, “ Apakah mungkin yang terbaik itu
selalu memihak pada kita?” jika kita sedih, jika kita terkena musibah “Apakah
itu yang dinamakan jalan yang terbaik yang diberikan oleh tuhan?” sebagian orang selalu berkata “Minatalah yang
terbaik pada Tuhan?”, jika kita tak menyadari mana yang terbaik yang diberikan
oleh tuhan, mungkin jawabannya “kesadaran kita”, tatapi jika kita tidak
mengetahui jalan mana yang terbaik itu, mungkin jawabnnya karena kita tak
pernah sadar dan menyadari kehidupan yang pana ini. Jika jalan yang terbaik yang diberikan oleh
tuhan, dalam hidup ini semua. Kenapa masih banyak orang yang selalu merasa
dirinya yang paling buruk. Mungkin jawabannya “ Tak pernah sadar”. Jika
kehidupan ini selalu ada jalan yang terbaik, sehingga orang berpendapat hidup
ini digerakan berdasarkan kehendak Tuhan semata. Tanpa berpikir, adanya jalan syaria’t
perjalannan hidup ini. Bagi saya tetap, hakikat alloh yang menentukan semua
hidup kita baik dan buruk, namun proses perjalanan dalam lakon yang dinamakan
syariat itu pasti ada, karena tidak mungkin kita bisa menyebrangi sungai tanpa
melawati jalan pintas. Setelah syariat itu muncul, kembalikan dengan kepasrahan
tentang perjalanan kehidupan semua biar Alloh yang memutuskan semua itu baik
atau buruknya.
3.
Perubahan dari
Segi Spiritual
Jika kita mengetahui, bahwa ketika kita ditimpa oleh masalah yang
menurut kita masalah itu sangat rumit, sehingga hidup kita terasa paling buruk,
bingung dan tidak ada ketenangan dalam hati. Hanya yang ada selalu dihantui
oleh perasaan was-was, dan penuh dengan ketakutan. Senantiasa saya dapatkan
pendapat dari salah seorang tokoh, “ kita tak pernah menyadari akan keadaan
kita, ketika hati ini mulai tak tenang dan selalu banyak ketakutan, senantiasa
perasaan itu yang membuat kita tidak mendapatkan ridho alloh” , katanya seperti
itu. Sempat kurenungi kalimat itu, dan saya mencoba ketika persaan was-was itu
muncul, saya harus sadar dan menerima kenyataan ini baik dan buruk hanya
allohlah yang bisa menolong hidup kita, karena alloh maha mengetahui rencana
hidup kita, kenapa mesti takut dan apa yang harus ditakuti dari kehidupan ini
karena sentiasa ketakutan itu selalu datang ketika kita tak menyadari kurangnya
rasa syukur atas nikmat yang tuhan berikan pada kita. Dengan selalu berserah
diri, apapun itu sekalipun masalah yang dihadapi oleh kita, keyakinlah yang
akan timbul bahwa Tuhan senantiasa selalu bersama kita. Tuhan tidak buta, tidak
rungu, tidak bisu juga tidak tidur, dan tuhan juga tidak diam, apa yang
dibutuhkan oleh kita itulah keinginan yang kita butuhkan dalam menjalani hidup
ini.
Berserah diri dan selalu mendekatkan diri pada Tuhan, merupakan
salah satu cara dalam mendapatkan suatu ketenangan dalam hati. Adapun berbagai
cara orang melakukan kegiatan aktifitas untuk mendapatkan ketenangan itu, itu
hanyalah sebagai penunjang untuk dapat membangkitkan semangat baru bagi jasmaniah
kita. Itu bagi saya hanyalah sesaat, ketenangan itu didapatkan jika kita
melakukan aktifitas yang membuat kita merasa nyaman, padahal setelah aktifitas
itu berhenti dilakukan, gemuruh hati selalu datang sehingga membuat hati
kembali merasa tidak tenang dan tidak nyaman.
“sesungguhnya ketenangan hati itu didapatkan dengan cara
berdzikir dan selalu mendirikan shalat”. Itulah kunci ketengan dalam hati,
janji Alloh tidak pernah bohong. Dan itu semua, terbukti bagi saya ketenangan
itu datang senantiasa ketika kita sholat, dan setelah itu merenungkan, berserah
diri dengan cara berzkiri disitulah muncul kepasrahan dan keyakinan senantiasa Tuhan
lebih dekat bersama kita. Dengan cara kita belajar spiritual, maka mental
kitapun akan lebih kuat lagi dalam menerima semua ujian dan cobaan yang datang
silih berganti pada kita. Semakin kita lebih mendekatkan diri pada Tuhan,
semakin banyak ujian yang menimpa pada kita, dan semakin pula Tuhan menyangi
kita. Itulah keyakinan yang harus kita renungi dalam kehidupan ini semua.
Menggerakan badan dengan selalu bertawadzu, membuat pikiran kita
semakin jernih dan bisa mengkontrol dalam meluapkan emosi yang ada pada diri
kita. Selalu berdoa dan hanya meminta rido aloh semata. Karena alloh bersabda
yang artinya “ sebaik-bainya manusia ialah orang yang paling takwa disisi
Tuhan-Nya”, untuk itulah segeralah bangkit. Jika memang diri kita bernilai, dan
selalu ingat hari esok “ Apkah jantung ini masih bisa tetap bernafas?”, jika
nafas ini bernilai bagi kehidupan kita, maka pikiran kita akan selalu muncul “
Apa yang sudah kita lakukan selama hidup?”. Jika kita hanya selalu memikirkan
akan masa kehidupan didunia saja, lantas tujuan akan akhir kita tak pernah
sedikitpun terpikirkan. Sungguh sangat menyayangkan, disitulah letak terlihat
sungguh diri kita ini taka da nilainya sedikitpun.
Jika kita selalu memikirkan hanya kesenangan yang kita terima,
kita akan merasa terburuk. Sebaliknya jika kita selalu memikirkan masalah dan
musibah yang kita terima, kita akan merasa orang yang paling bahaggia. Karena
hidup yang dijalani oleh kita, tanpa masalah mungkin kita akan lengah sehingga
kita tidak mampu bersyukur. Dan dengan masalah pula, membuat kita bangkit dari
kesalahan yang kita perbuat dalam kehidupan. Salah satu orang mau berubah dari
hidupnya kearah yang lebih baik, yaitu mau berusaha dengan selalu memingat,
mendekatkan, berserah dan pasrah akan kehidupan Pada Tuhan yang maha Kuasa
yakni Alloh SWT.
Yakinlah, bahwa kita mampu
untuk mengubah diri sendiri, jika diri ini masih ternilai oleh diri kita. Dan
betapa berharganya nafas kita, ketika kita mensyukuri atas kehidupan yang telah
Tuhan berikan kepada kita. Jika kita, masih menggangap diri kita bernilai, maka
orang lainpun akan menilai diri kita betapa berharganya diri kita dimata mereka.
Hidup ini bukan sekedar hanya
untuk mencari kesenangan, melainkan mencari keistimewaan yang Tuhan berikan
pada kehidupan kita dan patut kita syukuri.
Dan jangan hanya kita menginginkan selalu terpandang baik, tetapi harus ingin
selalu berusaha bagaimana kita menjadi orang yang lebih baik.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar