Senin, 02 Mei 2016

BELAJAR DARI KEHIDUPAN
Oleh; Siti Maryam


Perjalanan hidup  belum cukup sampai disini. Kadang makna kehidupan itu bagaimana seorang memaknai dengan melihat dari segi sudut pandang mata kehidupan masing-masing. Sungguh kebesaran Tuhan yang maha Agung, yang menciptakan langit dan bumi beserta isinya. Serta mahluk yang diciptakan-Nya mempunyi fungsi dan manfaat. Karena sesungguhnya Tuhan maha mengetahui apa yang dibutuhkan mahluk-Nya.
Kadang kita tidak mengetahui dengan tidak sadarnya melihat sisi kehidupan yang sebenarnya. Sebagian orang berpendapat bahwa hidup ini merupakan suatu kehendak yang direncanakan tuhan kepada kita, dan kehidupan itulah merupakan yang terbaik bagi mahluk-Nya untuk dapat menerima dan menjalani kehidupan. Sebagian pula orang menanggapi kehidupan itu merupakan, suatu proses perjalanan yang harus dijalanai berdasarkan tujuan yang akan dicapai, melalui doa, syariat dan kepasrahan. Adapula orang yang berpendapat bahwa hidup ini merupakan suatu kehidupan yang harus dijalani dengan sejalannya bagaikan arus air yang mengalir. Dan pendapat lain mengatakan kehidupan memerukan sesuatu yang harus patut kita syukuri. Dari sebagian pendapat tersebut, saya mengambil kesimpulan kehidupan merupakan belajar dari kehidupan dan pengalaman.  Dengan melihat pengalaman dari kehidupan kita dapat bercermin pada kehidupan yang sebelumnya, sehingga kita dapat mengevaluasi diri, setelah itu berinstropeksi diri sehingga kita bisa menyikapi bagaimana langkah kita, untuk bisa merubah kearah yang lebih baik. Karena belajar merupakan prose perubahan diri, dari mulai pengetahuan sikap serta mental terutama mental spuiritual.
Belajar dari pengalaman kehidupan itulah yang membuat proses perubahan kearah yang lebih baik, diantaranya;
1.     Perubahan dari segi pengetahuan
Ketika seseorang menemukan suatu masalah atau peristiwa yang dihadapinya, kadang kita merasa terpuruk dengan penyesalan-penyesalan terhadap perbuatan yang telah kita lakukan sebelumnya. Dan kadang kita merasa orang paling buruk didunia ini. Padahal ketika kita melihat sisi kehidupan secara global, masih banyak orang yang lebih parah dari pada kehidupan kita yang dijalani. Sebaliknya orang lainpun seperti itu pula. Kadang kita merasa orang itu paling beruntung, terkadang kita selalu mengiginkan posisi seperti orang-orang yang beruntung. Padahal, kita tak menyadari, bahwa kita telah lengah untuk mensyukuri hidup yang telah diberikan oleh Tuhan, bahwa itu merupakan yang terbaik untuk dirinya. Dengan kita tak pernah mensyukuri hidup ini, kadang kita selalu merasa kurang dan tak pernah bisa menikmati kehidupan yang sedang dijalani oleh kita. Padahal, jika kita selalu bersyukur dengan kehidupan yang seadanya,  kenikmatan itu akan terasa oleh diri kita. Karena kebahagiaan itu tidak ternilai dari segi cukup atau tidaknya, dari apa yang kita dapatkan dari kehidupan ini. Kebahagian itu tidak bisa ternilai jika kita merasakan bahwa kebahagiaan batiniah yang membuat kita lebih bahagia.
Ketika kita bisa bercermin dengan melihat sisi kehidupan orang lain, sungguh berharganya makna hidup ini, jika kita berpikir bahwa kehidupan ini patut kita syukuri. Bukan berarti kita harus menjalani kehidupan seperti orang lain, tetapi bagaimana kita bisa bercermin dari kehidupan orang lain. Belajar menyikapi dari sikap orang lain, belajar dari perjalanan kehidupan orang lain, belajar menangani masalah dari orang lain, dan itu semua bukan berarti kita harus menjadi sesosok orang lain melainkan cerminan bagaimana kita untuk bisa mengolah kehidupan sehingga kita lebih berpikir kritis. Menurut pengalaman yang saya dapatkan, ketika seseorang berpendapat, entah itu sebagai uraian kata saran, ataupun hanya kata-kata biasa. Itu  bagi saya bagaikan ilmu yang paling berharga, karena kata-kata yang selalu saya dapatkan menjadi bahan renungan bagi kehidupan saya, bagimana cara mengolah kehidupan kearah yang lebih baik dan positif. Sehingga ilmu itu sangat berharga dan sangat mahal bagi saya, dari siapaun ilmu itu saya dapatkan itulah adalah guru saya, tak mengenal itu siapapun dan tak pandang bulu. Jika ilmu itu menjadi bermanfaat bagi diri ini, itulah ilmu yang paling berharga bagi saya.
Belajar dari masalah, membuat saya menjadikan bahan renungan. “ sesungguhnya Tuhan tidak hanya memberikan sebatas masalah, tanpa ada sebab dibalik rencana itu pasti mengandung hikmah dan makna tertentu”.  Dan ketika kita mengalami peristiwa itu, kadang kita tak menyadarinya, bahwa dirinya itu tak sadar akan keadaaan masalah yang dijalaninya itu. Kesadaran yang sesungguhkan akan disadari ketika kita bangun, dan bangkit seiring peristiwa itu telah berakhir, disitulah kita akan menyadari bahwa inilah hikmah dari peristiwa masalah itu. Itulah yang dinamakn belajar dari pengalaman kehidupan yang dijalani, semakin kita banyak mengkoreksi semkin pula berkembang pengetahuan kita bagaiman cara mengolah kehidupan kita, dari proses berpikir kita pada pengetahuan sisi kehidupan kita.

2.      Perubahan dari segi sikap
Kadang kita merasa bingung bagaimana cara mnyikapi seseorang, sehingga tidak banyak orang sering salah menyikapi terhadap suatu masalah akibatnya terjadi kesalah pahaman antar kita dengan orang lain. Itu yang menimbulkan dampak negaif, sekiranya kita tidak dapat bisa menyikapi karakter seseorang, kadang kita selalu memberikan respon yang sama ketika seseorang memberikan stimulus yang membuahkan hasil negatif. Memang itu bagi saya suatu hal yang rumit, terkadang sikap ini menjadi terbawa suasana. Padahan itu sangat buruk, tetapi kadang juga kita mengetahui bahwa itu buruk, namun sering kali kita berbuat kesekian kalinya. Itulah hidup, bagi saya merupakan pembelajaran dan belajar dari sikap orang lain. Tetapi kadang kita tak pernah tau solusi jalan yang terbaik untuk dapat menyikapi itu semua.
Hal yang harus kita ketahui, jika kita renungi bahwa hidup ini berputar dalam arti suatu saat kita akan mengalami hal yang serupa sikap seperti itu. Hidup ini tak selamanya kita bisa tersenyum, tak selamanya kita menangis, tak selamanya susah dan tak selamanya bahagia. Itulah cerminan posisi hidup kita akan mengalami peristiwa hal yang sama. Pepatah mengatakan, “tafakuri, syukuri dan nikmati”, kita mengetahui pepatah itu sangat baik dan positif, namun kadang pula kita tidak bisa menyadari “Apakah kita melakukan itu?” wallohu alam hanya individu dan sang Kholaikh yang mengetahui.  Dengan kita bisa merasakan apa yang tengah dirasakan oleh orang lain, membuat kita sedikit tidaknya meringankan beban orang lain, dan beban kita sehingga kita selalu tetap berpikir kearah yang lebih positif. 
Implikasinya, ketika kita mengalami peristiwa masalah yang membuat hati ini menjadi marah, kesal dan dengki. Sekurang-kurangnya jika kita tidak bisa menyikapi sikap diri kita, itu membuat kita tidak beda jauh dengan orang yang seperti itu pula, dan itu tidak akan membuahkan kearah yang positif. Tetapi, jika kita bisa menyikapi masalah itu dengan cara kita dapat merasakan orang yang memberikan stimulus terhadap masalah yang dihadapi oleh kita, sedikitnya itu mengurangi beban untuk kita, sehingga tidak membuat diri kita menjadi lebih baik dan positif. Biasanya pikirian yang positif itu selalu membuahkan hasil yang positif, contohnya saya, buah dari hasil galau mendapatkan pengalaman yang paling berharga bagi saya yaitu lebih berpikir kritis pada kehidupan yang sebelumnya, sehingga selalu bercermin dari peristiwa sebelumnya dan bercermin pada sikap orang lain.
Belajar sikap dari orang yang marah, belajar dari orang yang selalu bersabar, belajar dari orang yang selalu sedih dan sebagainya. Itu semua harus dijadikan bahan renungan bagi diri saya, bahwa bagaimana jika kita berada dalam posisi seperti itu, dan merasakan sebagai peran oarng yang seperti itu, akan menghasilkan seperti apa dan biarlah semua orang yang menilai sikap baik dan buruknya pada kita. Hanya saja, kembali kita ada atau tidaknya, mau atau tidaknya kita merubah diri kita kearah yang lebih baik. Peribahasa mengatakan “ jika kita menginginkan buah yang manis, maka tanamilah dengan buah bibit yang manis pula”. 
Belajar dari sikap orang, membuat poses perkembangan untuk bisa dapat menyikapi orang lain. Karena orang hanya dapat menilai dari segi sudut pandang mata secara menggelobal, tanpa mengetahui jalan cerita dan karakter seseorang yang telah kita nilai itu. Tetapi, jika kita tahu karakter serta jalan cerita atau seluk beluk lakon itu, maka kita akan mengerti dan tahu, setidaknya lebih bisa menilai dengan memahami dan memaklumi. Tetapi sebaliknya, jika orang tak pernah tahu dan hanya melihat dengan sebelah mata, maka penilain itu akan menjadi suatu kutipan penilaian bagi diri kita, baik ataupun buruk tergantung pada orang yang menilai kita dari sudut pandang masing-masing manusia.
Sekurang-kurangnya jika kita tak pernah merenungi kehidupan ini, kita akan merasakan kegelapanlah yang selalau membubuhi kita sehingga kita gelap utuk melihat hidup ini. Maka utamakanlah sikap kita, “ Apa yang sudah kita lakukan oleh kita pada orang lain?”. Ketika kita merenungi itu, maka akan muncul “Oh, beginilah rasanaya, jika kita memberikan sikap kepada orang lain”.  Seiring dengan itu pula, pikiran kita akan selalu merenungi “keberdosaaan”, dalam perjalanan kehidupan. Dengan kita bisa belajar dari sikap orang lain, membuat sedikitnya menjadi bangkit dan bangun jika kita menyadari dan merenungi itu semua, dari hasil belajar terhadap pengetahuan belajar dari alam semesta. Contoh hal kecil, ketika kita melihat hewan yang begitu kecilnya, saking kecilnya kita tak tahu bahwa itu adalah mahluk alloh, yaitu hewan “unrud-undur” yang selalu hidup dan pekerjaannya pun selalu melobangi tanah, yang membentuk seperti corong, atasnya berlobang besar, padahal mahluknya yang begitu amat kecil. Nah itulah, belajar menyikapi bahwa kehidupan kita itu seperti itu, menafakuri meski sekecil apapun tetapi jika jika selalu merenungkan, menjadikan suatu keluarbiasaan yang sangat dahsayat dalam menjalani hidup ini, bahwa kehidupan ini adalah anugrah yang diberikan oleh tuhan yang begitu indah dan mengandung begitu banyak arti.
Kadang kita selalu merasa sikap diri kita baik, padahal baik itu belum tentu orang menyikapi sikap yang baik pula. Kadang kita merasa menjadi orang yang lemah padahal dibalik kelemahan itulah, Tuhan memberikan kelebihan pada kita. Sebabnya kita tak pernah menyadari bahwa semua itu mungkin yang terbaik baginya. Yang dinamakn yang terbaik dalam hidup ini, bagi saya yaitu selalu menyadari akan kehidupan yang dijalaninya, dan selalu bersyukur itulah yang terbaik dengan meminta dan mangharap hanya Ridho Alloh semata. Tetapi jika kita menilai sudut pandang yang berbeda, “ Apakah mungkin yang terbaik itu selalu memihak pada kita?” jika kita sedih, jika kita terkena musibah “Apakah itu yang dinamakan jalan yang terbaik yang diberikan oleh tuhan?”  sebagian orang selalu berkata “Minatalah yang terbaik pada Tuhan?”, jika kita tak menyadari mana yang terbaik yang diberikan oleh tuhan, mungkin jawabannya “kesadaran kita”, tatapi jika kita tidak mengetahui jalan mana yang terbaik itu, mungkin jawabnnya karena kita tak pernah sadar dan menyadari kehidupan yang pana ini.  Jika jalan yang terbaik yang diberikan oleh tuhan, dalam hidup ini semua. Kenapa masih banyak orang yang selalu merasa dirinya yang paling buruk. Mungkin jawabannya “ Tak pernah sadar”. Jika kehidupan ini selalu ada jalan yang terbaik, sehingga orang berpendapat hidup ini digerakan berdasarkan kehendak Tuhan semata. Tanpa berpikir, adanya jalan syaria’t perjalannan hidup ini. Bagi saya tetap, hakikat alloh yang menentukan semua hidup kita baik dan buruk, namun proses perjalanan dalam lakon yang dinamakan syariat itu pasti ada, karena tidak mungkin kita bisa menyebrangi sungai tanpa melawati jalan pintas. Setelah syariat itu muncul, kembalikan dengan kepasrahan tentang perjalanan kehidupan semua biar Alloh yang memutuskan semua itu baik atau buruknya.
3.     Perubahan dari Segi Spiritual
Jika kita mengetahui, bahwa ketika kita ditimpa oleh masalah yang menurut kita masalah itu sangat rumit, sehingga hidup kita terasa paling buruk, bingung dan tidak ada ketenangan dalam hati. Hanya yang ada selalu dihantui oleh perasaan was-was, dan penuh dengan ketakutan. Senantiasa saya dapatkan pendapat dari salah seorang tokoh, “ kita tak pernah menyadari akan keadaan kita, ketika hati ini mulai tak tenang dan selalu banyak ketakutan, senantiasa perasaan itu yang membuat kita tidak mendapatkan ridho alloh” , katanya seperti itu. Sempat kurenungi kalimat itu, dan saya mencoba ketika persaan was-was itu muncul, saya harus sadar dan menerima kenyataan ini baik dan buruk hanya allohlah yang bisa menolong hidup kita, karena alloh maha mengetahui rencana hidup kita, kenapa mesti takut dan apa yang harus ditakuti dari kehidupan ini karena sentiasa ketakutan itu selalu datang ketika kita tak menyadari kurangnya rasa syukur atas nikmat yang tuhan berikan pada kita. Dengan selalu berserah diri, apapun itu sekalipun masalah yang dihadapi oleh kita, keyakinlah yang akan timbul bahwa Tuhan senantiasa selalu bersama kita. Tuhan tidak buta, tidak rungu, tidak bisu juga tidak tidur, dan tuhan juga tidak diam, apa yang dibutuhkan oleh kita itulah keinginan yang kita butuhkan dalam menjalani hidup ini.
Berserah diri dan selalu mendekatkan diri pada Tuhan, merupakan salah satu cara dalam mendapatkan suatu ketenangan dalam hati. Adapun berbagai cara orang melakukan kegiatan aktifitas untuk mendapatkan ketenangan itu, itu hanyalah sebagai penunjang untuk dapat membangkitkan semangat baru bagi jasmaniah kita. Itu bagi saya hanyalah sesaat, ketenangan itu didapatkan jika kita melakukan aktifitas yang membuat kita merasa nyaman, padahal setelah aktifitas itu berhenti dilakukan, gemuruh hati selalu datang sehingga membuat hati kembali merasa tidak tenang dan tidak nyaman.
“sesungguhnya ketenangan hati itu didapatkan dengan cara berdzikir dan selalu mendirikan shalat”. Itulah kunci ketengan dalam hati, janji Alloh tidak pernah bohong. Dan itu semua, terbukti bagi saya ketenangan itu datang senantiasa ketika kita sholat, dan setelah itu merenungkan, berserah diri dengan cara berzkiri disitulah muncul kepasrahan dan keyakinan senantiasa Tuhan lebih dekat bersama kita. Dengan cara kita belajar spiritual, maka mental kitapun akan lebih kuat lagi dalam menerima semua ujian dan cobaan yang datang silih berganti pada kita. Semakin kita lebih mendekatkan diri pada Tuhan, semakin banyak ujian yang menimpa pada kita, dan semakin pula Tuhan menyangi kita. Itulah keyakinan yang harus kita renungi dalam kehidupan ini semua.  
Menggerakan badan dengan selalu bertawadzu, membuat pikiran kita semakin jernih dan bisa mengkontrol dalam meluapkan emosi yang ada pada diri kita. Selalu berdoa dan hanya meminta rido aloh semata. Karena alloh bersabda yang artinya “ sebaik-bainya manusia ialah orang yang paling takwa disisi Tuhan-Nya”, untuk itulah segeralah bangkit. Jika memang diri kita bernilai, dan selalu ingat hari esok “ Apkah jantung ini masih bisa tetap bernafas?”, jika nafas ini bernilai bagi kehidupan kita, maka pikiran kita akan selalu muncul “ Apa yang sudah kita lakukan selama hidup?”. Jika kita hanya selalu memikirkan akan masa kehidupan didunia saja, lantas tujuan akan akhir kita tak pernah sedikitpun terpikirkan. Sungguh sangat menyayangkan, disitulah letak terlihat sungguh diri kita ini taka da nilainya sedikitpun.
Jika kita selalu memikirkan hanya kesenangan yang kita terima, kita akan merasa terburuk. Sebaliknya jika kita selalu memikirkan masalah dan musibah yang kita terima, kita akan merasa orang yang paling bahaggia. Karena hidup yang dijalani oleh kita, tanpa masalah mungkin kita akan lengah sehingga kita tidak mampu bersyukur. Dan dengan masalah pula, membuat kita bangkit dari kesalahan yang kita perbuat dalam kehidupan. Salah satu orang mau berubah dari hidupnya kearah yang lebih baik, yaitu mau berusaha dengan selalu memingat, mendekatkan, berserah dan pasrah akan kehidupan Pada Tuhan yang maha Kuasa yakni Alloh SWT.

Yakinlah, bahwa kita mampu untuk mengubah diri sendiri, jika diri ini masih ternilai oleh diri kita. Dan betapa berharganya nafas kita, ketika kita mensyukuri atas kehidupan yang telah Tuhan berikan kepada kita. Jika kita, masih menggangap diri kita bernilai, maka orang lainpun akan menilai diri kita betapa berharganya diri kita dimata mereka.
Hidup ini bukan sekedar hanya untuk mencari kesenangan, melainkan mencari keistimewaan yang Tuhan berikan pada kehidupan kita dan patut kita syukuri.  Dan jangan hanya kita menginginkan selalu terpandang baik, tetapi harus ingin selalu berusaha bagaimana kita menjadi orang yang lebih baik. 


Tidak ada komentar:

Posting Komentar